-“Ketika sayang kubilang berbeda
dengan cinta”-
Embun ini membuatku bosan,
menerpaku dipagi hari mengawali segala rutinitas membosankanku. Menerpa pula
segala perasaanku padanya. Alva, dia adalah sebuah anugerah bagiku, awalnya aku
selalu berkata seperti itu, aku sangat menyayanginya, dan begitu pula yang dia
katakan padaku,kami saling cinta. Ketika ia menyatakan perasaan cinta nya
padaku, yang ada dibenak ku pertama ialah. ‘Tuhan, terimakasih engkau
memberikan anugerah untuk ku’ . Tapi sekarang semua telah berubah, dia yang
dahulu begitu perhatian dan begitu menyanyangiku telah hilang. Dia menjadi
seseorang yang arogan dan kasar.
Aku tidak mengatakan bahwa
hubungan kami berakhir. Karena pada dasarnya kami belum pernah memulai. Benar,
sejak awal aku dan Alva tidak pernah memiliki hubungan yang serius seperti,
berpacaran. Namaku Ann, aku telah memiliki komitmen pada diriku sendiri yaitu,
Ketika aku merasa sangat menyayangi seorang laki-laki aku tidak mau berpacaran
dengan laki-laki itu. Kalian semua pasti berfikir kalau komitmen itu gila. Ya,
aku tidak masalah bila kalian berkata seperti itu. Karena dibalik komitmen yang
telah kubuat itu aku memiliki sebuah alasan. Aku membuat komitmen itu
semata-mata karena, aku tidak mau ketika kami telah berpacaran, lalu kami
mencapai tingkat kejenuhan kami masing-masing , kami akan saling meninggalkan
dan tak peduli lagi satu sama lain, dan kami akan kembali kepada awal kami
memulai, strangers.
Mungkin itulah yang tengah
terjadi sekarang. Alva mulai mencapai tingkat kejenuhannya. Perubahan inilah
yang membuatku tak kuasa menahan diri. Aku tak ingin menghabiskan air mata ku
ini hanya untuk sesorang yang sama sekali tidak memiliki hubungan denganku,
tetapi semakin aku menahannya, semakin deras mereka mengalir. Semakin aku
mencoba diam dan berhenti, semakin sesak dada ini, terikat oleh belenggu
cintaku sendiri. Ketika pikiranku mencoba membuka belenggu cinta ini, hati ini
menolak begitu keras.
Timbul berbagai pertanyaan di
benak ku. Apakah Alva masih menyayangiku? Apa Alva akan kembali seperti dulu?
Apakah ada wanita lain yang telah menggantikan aku? Ketika aku menulusuri
pikiran ku lebih dalam lagi, dan terus mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang ada di benak ku lalu, AH! Percuma! Aku tidak bisa menemuakan jawabannya,
aku bahkan tidak mengerti mengapa aku menanyakan semua ini kepada diriku
sendiri.
Baiklah, sebelum aku semakin
diluar kendali dan pada akhirnya tidak menyelesaikan cerita ku ini dari awal
sampai akhir. Aku akan menceritakan bagaimana awal aku bertemu dengan anugerah-ku.
Pertama, ketika aku duduk di bangku SMP aku
sama sekali tidak mengenal Alva. Karena Alva adalah kakak kelas ku yang berumur
satu tahun lebih muda dari pada aku. Awal aku mengenalnya melalui teman dekatku
bernama Keyla. Karena aku sudah sangat dekat dengannya aku memanggilnya Lala.
Suatu hari aku yang belum lama putus dari mantan ku di introgasi oleh
sahabat-sahabat dekatku. Bertubi-tubi pertanyaan dilontarkan oleh
sahabat-sahabatku. Inti dari semua pertanyaan nya adalah. Kapan aku akan
memulai berpacaran lagi, karena diantara sahabat-sahabatku, aku adalah yang
satu-satunya menyandang status single.
Padahal sudah kuperjelas berulang-ulang kali kepada teman-teman ku bahwa aku
sedang ingin sendiri saja, padahal perkataan ku ini adalah bohong sebenarnya aku
hanya belum siap untuk memulai hubungan baru.
Mantan kekasihku, Ken. Aku
masih sangat menyanyanginya. Kami baru saja berpacaran, baru dua bulan kami
menyandang status ini. Lalu tiba-tiba kami putus karena ada suatu masalah
sepele yang memisahkan kami. Sudahlah,
mungkin kami memang tidak di takdirkan bersama.
Ketika masa itu, Alva datang
ke kehidupanku, awalnya aku sama sekali tidak memiliki perasaan kepadanya, aku
dekat dengannya karena teman-temanku yang mulai menjodohkanku dengannya, lagi
pula dia pun sudah punya pacar. Untuk apa aku mengganggu nya?
Tapi, lama kelamaan kami terus
berhubungan. Alva yang awal nya cuek dan tak peduli sekarang berubah menjadi
lebih perhatian dan lemah lembut. Lalu tiba-tiba kudengar berita kalau ternyata
Alva putus dengan pacarnya, ketika kudengar berita itu entah mengapa hati ini
merasa sangat senang.
Yaaah, begitulah ceritanya.
Lama kelamaan aku menjadi semakin akrab dan dekat dengan Alva. Kami saling
mengirim pesan, saling berbicara di telfon, kami juga sempat jalan, pulang
bersama, dll. Sampai akhirnya saat itu tiba.....
Disuatu malam, aku sedang
berbincang-bincang di telfon dengannya. Kami bercanda-canda di telfon, kami
melakukan lelucon-lelucon kecil. Sampai ketika kami terdiam, Alva memanggil
namaku di telfon.
‘Ann?’.
Aku pun menjawab dengan selembut mungkin ‘Ya, kenapa va?’.
‘Aku boleh bicara sesuatu?’
‘Sure’
‘Jujur aja, aku suka sama kamu. Aku mau kamu jadi pacar
aku.’
Saat
itu juga aku terdiem, pikiranku melayang, aku merasa sangat jahat, aku merasa
telah mencelakakan orang, entah mengapa aku merasa seperti orang yang paling
bersalah di dunia ini.
Saat itu pula aku menghela nafas yang cukup panjang dan
menjawab secara perlahan.
‘Aku juga suka kamu, tapi maaf aku ga mau kita pacaran’. Setelah
itu aku menjelaskan mengapa aku tidak ingin pacaran dengannya, sama diapun
menganggapnya konyol, dan seperti tak menerima alasanku.
Setelah
kejadian malam itu, Alva berubah. Dia jarang mengirimku pesan terlebih dahulu,
menelfonku, seperti terdapat tembok besar yang memisahkan kami beruda. Ternyata
setelah aku mendapatkan informasi. Alva merasa aku telah memberinya harapan
palsu, dan hanya mempermainkan perasaannya. Entahlah Alva, yang jelas aku tidak
pernah bermaksud seperti itu kepadamu.
Karena aku begitu menyanyangimu.
Ya,
hanya aku yang menyayangimu. Tidak dengan kau. Jadi ini mungkin bukanlah cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar